Apa Itu SHMS?
SHMS adalah Structural Health Monitoring System atau sistem monitoring kesehatan struktur. Sistem mengumpulkan data yang bisa diterapkan untuk infrastruktur seperti jembatan dan bangunan.
Data ini berguna agar semua pihak bisa menilai apakah sebuah bangunan atau infrastruktur cukup memadai untuk bertahan dari gelombang seismik.
Guna SHMS Untuk Jembatan
Sebagai infrastruktur yang vital untuk kelangsungan hidup masyarakat, jembatan haruslah kokoh, apalagi di daerah yang rawan gempa. Tanpa jembatan yang tahan gempa, suatu daerah bisa terisolasi dan tidak terjangkau saat gawat darurat.
Maka, jembatan-jembatan di Indonesia perlu ditingkatkan agar memenuhi standar SHMS. Dengan begitu, jembatan tersebut bisa menjadi infrastruktur yang bisa diandalkan.
Indeks SHMS Jembatan
- Risk/Risiko
- Vulnerability/Kelemahan
- Disaster Risk/Risiko Bencana
- National Risk/Risiko Nasional
- Residual Risk/Risiko Residu
- Disaster Risk Reduction/Pengurangan Risiko Bencana
- Readiness/Kesiapan
- Readiness/Kesiapan
- Capacity/Kapasitas
- Disaster Risk Management/Manajemen Risiko Bencana
- Disaster Risk Reduction/Mengurangi Risiko Bencana
- Readiness/Kesiapan
- Response/Respons
- Disaster/Bencana
- Emergency Management/Manajemen Gawat Darurat
- Exposure/Ekspos
- Hazard/Bahaya
- Response/Respons
- Resilience/Ketangguhan
- Recovery
- Reconstruction/Rekonstruksi
- Recovery/Pemulihan
Siapa Saja Pihak yang Harus Mengetahui Indeks SHMS Jembatan?
- Pemerintah
Pemerintah harus mengetahui data SHMS untuk pencatatan dan perizinan beroperasinya sebuah jembatan. - Pemilik infrastruktur
Pemilik infrastruktur harus memastikan keamanan sebuah jembatan dengan menyesuaikan data dengan standar yang sudah ada. Lalu, pemilik harus menentukan usia sebuah struktur dan kapan perlu ada perbaikan. - Pengguna infrastruktur
Pengguna harus diuntungkan dari infrastruktur tersebut dan mereka harus bisa menggunakan struktur tersebut dengan selamat. - Peneliti
Peneliti memerlukan data tersebut untuk menilai kelayakan sebuah jembatan secara teknis. - Perancang
Perancang jembatan harus mengetahui data ini untuk menggambar jembatan sesuai dengan standar. - Kontraktor
Untuk membangun sesuai standar, kontraktor perlu memiliki data SHMS. - Operator
Terakhir, operator harus mempelajari standar SHMS karena mereka harus selalu mengamati struktur dan menyadari adanya kerusakan.
Pihak-pihak ini harus mengetahui indeks ini dan mempelajari datanya agar mereka dapat menilai apakah secara keseluruhan sebuah jembatan layak dipakai.
Alat-Alat Untuk Monitoring Jembatan
Untuk monitoring jembatan, ada banyak alat yang biasanya digunakan, beberapa diantaranya;
- Laser scanning
- Acoustic Emission
- Akselerometer
- Digital Image Correlation
- Fiber Optics
- GPS
- GPR
- Inframerah
- Ultrasonik/Sonar C-Scan
Kesimpulan
Jembatan adalah bagian dari infrastruktur yang perlu memenuhi standar SHMS, yaitu Risk, Readiness, Response, dan Recovery.
Lalu, data dari indeks SHMS juga harus dibagikan pada pihak-pihak seperti pemerintah, pemilik infrastruktur, pengguna infrastruktur, peneliti, perancang, kontraktor, dan operator.
Untuk monitoring jembatan, ada beberapa alat yang diperlukan, seperti laser scanning, akselerometer, GPS, GPR, dan ultrasonik.
Nah, untuk cara yang paling tepat untuk monitoring jembatan sesuai kondisinya, hubungi Antesena Geosurvey!